Sampaikan walau hanya satu ayat Al-Qur'an

8. Wahyu dari Tuhan tidak boleh ditafsirkan menurut pendapat sendiri

Artikel sebelumnya : 11 kunci kenabian menurut Alkitab !


Ayat ini ada didalam perjanjian baru dan masih diragukan kebenarannya.

8. Nabi yang diramalkan tidak akan mentafsirkan wahyu dari Tuhan. Sehingga tidak akan menimbulkan kesalahpahaman. Ayat yang dibacakan sesuai dengan makna yang dimaksudkan. Dan perlu diingat bahwa penafsiran bukanlah wahyu tetapi adalah hasil pemikiran manusia.

2 Petrus 1:20 Yang terutama harus kamu ketahui, ialah bahwa nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri,(TB)

2 Petrus 1:20 Terutama sekali hendaklah kalian ingat ini: Pesan Allah yang disampaikan oleh para nabi tidak boleh ditafsirkan menurut pendapat sendiri.(BIS)

2 Peter 1:20, "Knowing this first, that no prophecy of the scripture is of any private interpretation."

 A true Prophet NEVER gives his private interpretation. He only shares what the Lord reveals. Scripture defines Scripture, not man.

========================================================================

Ayat yang ditafsirkan dan dimasukkan ke dalam kitab akan berubah inti dan maknanya, sehingga menimbulkan interpretasi yang berbeda-beda. Hal yang diakui sebagai wahyu dalam Islam adalah teks arab Al-Qur'an yang diterima Nabi Muhammad s.a.w.. Kalau sudah diubah susunan kata ataupun diganti kata atau sinonimnya, hal itu tidak lagi wahyu, tetapi sudah merupakan penafsiran dari ayat Al-Qur’an.
Dilihat dari sudut materi ada ayat-ayat Al-Qur’an yang tidak dapat diketahui kecuali oleh Allah atau oleh Rasul bila beliau menerima penjelasan dari Allah. Pengecualian ini mengandung beberapa kemungkinan arti, antara lain :
1.      Ada ayat-ayat yang memang tidak mungkin dijangkau pengertiannya oleh seseorang, seperti : ya-sin, alif lam mim, dan sebagainya.
2.      Ada ayat-ayat yang hanya diketahui secara umum artinya, atau sesuai dengan bentuk luar redaksinya, tetapi tidak dapat didalami maksudnya, seperti masalah-masalah metafisika, perincian ibadah an-sich, dan sebagainya, yang tidak termasuk dalam wilayah pemikiran atau jangkauan akal manusia.

Sejak Rasulullah s.a.w. dikenal dua cara penafsiran al-Qur'an. - Pertama, penafsiran berdasarkan petunjuk wahyu. - Kedua, penafsiran berdasarkan ijtihad atau ra’yi. Di masa sahabat, sumber untuk memahami ayat-ayat Al-Qur'an di samping ayat Al-Qur'an sendiri, juga riwayat dari Nabi s.a.w. dan ijtihad mereka. Pada abad-abad selanjutnya, usaha untuk menafsirkan Al-Qur'an berdasarkan ra’yi atau nalar mulai berkembang sejalan dengan kemajuan taraf hidup manusia yang di dalamnya sarat dengan persoalan-persoalan yang tidak selalu tersedia jawabannya secara eksplisit dalam Al-Qur'an.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar